5 Tips Belajar Matematika Untuk Memaksimalkan AKM Siswa

By: Alef Indonesia 18 Jul 2022

Pada tahun 2021 pemerintah akhirnya tidak lagi menetapkan UN (Ujian Nasional) sebagai standar kelulusan individual bagi para siswa tingkat dasar dan menengah, madrasah serta program-program kesetaraan. Sebagai gantinya setiap sekolah atau satuan pendidikan dapat menentukan secara otonom mekanisme pengujian dan asesmen sebagai syarat kelulusan atau kenaikan tingkat bagi para siswa-siswi mereka.

Sejalan dengan perubahan tersebut Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) mencanangkan mekanisme yang dikenal sebagai AN (Asesmen Nasional). Program AN tidak ditujukan untuk menjadi syarat kelulusan ataupun asesmen individual siswa. AN ditujukan sebagai sarana untuk memperoleh informasi dalam menganalisa dan menilai mutu dan proses belajar mengajar dari berbagai satuan pendidikan dalam rangka alokasi sumber daya baik baik dari satuan pendidikan maupun dinas pendidikan secara lebih efektif. Upaya tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan utama dari pendidikan nasional yaitu pengembangan kompetensi serta karakter siswa.

Pada prinsipnya AN terbagi atas tiga instrumen utama yakni:

  1. AKM (Asesmen Kompetensi Minimum), yang mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) siswa. Kedua literasi ini akan dibutuhkan para siswa dalam setiap tahap pendidikan maupun secara umum yang berfungsi secara produktif dalam kehidupan mereka terlepas dari jurusan studi atau cita-cita mereka di masa depan.
  2. Survei Karakter, yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa. Survei Karakter mengukur hasil belajar emosional yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dimana pelajar Indonesia memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
  3. Survei Lingkungan Belajar, yang mengukur iklim lingkungan pendidikan serta kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat satuan pendidikan. Pertanyaan survei disesuaikan dengan perspektif responden apakah dia siswa ataupun guru.

AN sebagai instrumen analisa tanpa melibatkan seluruh siswa, namun hanya sebagian siswa yang dipilih secara acak oleh Kemdikbud sebagai sampel untuk pemetaan dan analisa sesuai tersebut di atas. Selain siswa, para guru dan kepala satuan pendidikan juga diharapkan berpartisipasi dengan memberikan data yang sesuai berkaitan dengan lingkungan dan proses pendidikan di sekolah/madrasah masing-masing.

Dalam AKM, literasi yang diamati mencakup hal-hal sebagai berikut:

  1. Literasi Membaca, mencakup aspek konten yaitu teks informasi dan sastra, aspek proses kognitif yakni menemukan, interpretasi dan integrasi, evaluasi dan refleksi informasi, serta aspek konteks yang mencakup konteks personal, sosial budaya, dan saintifik.
  2. Literasi Numerasi, mencakup aspek konten yaitu aljabar, bilangan, geometri, pengukuran, data dan ketidakpastian, lalu ada pula aspek proses kognitif yakni pemahaman, penerapan dan penalaran, serta aspek konteks yang mencakup konteks personal, sosial budaya dan saintifik.

Lantas seperti apakah pelaksanaan AKM bagi siswa dan bagaimana cara terbaik bagi para siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti AKM secara optimal?

AKM juga bertujuan agar para siswa dapat merasakan perbaikan lingkungan dan proses pendidikan yang terjadi setelah AN diadakan dalam periode pendidikan mereka. Oleh karena itu AKM tidak diadakan saat mereka ada di jenjang akhir, namun telah ditetapkan oleh Kemdikbud bahwa peserta AKM adalah siswa SD/MI kelas V (AKM dilaksanakan di bulan Agustus), dan siswa pendidikan menengah (SMP/MTs dan SMA/MA) masing-masing kelas VIII dan kelas XI (AKM jenjang menengah diadakan akhir Maret).

Perlu dipahami bahwa AKM tidak dilaksanakan berdasarkan per mata pelajaran, namun merupakan asesmen yang bersifat HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau kemahiran berpikir tingkat tinggi. Dalam konsep HOTS, siswa diharapkan mampu mengingat, memahami dan menerapkan, sekaligus mampu menganalisis permasalahan, mengevaluasi dan menciptakan solusi baru. Untuk mencapai kemampuan dalam menerapkan HOTS, tentunya para pendidik juga perlu membiasakan dan merumuskan pembelajaran yang sesuai dengan kaidah HOTS.

Siswa kelas V akan mengerjakan 30 soal literasi dan 30 soal numerasi. Siswa kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 soal literasi dan 36 soal numerasi. Sebagaimana telah dijelaskan mengenai tujuannya, AKM tidak memiliki skor/nilai minimum, namun dalam bentuk laporan persentase yang diperoleh siswa dalam masing-masing tingkat kompetensi. 

Lantas bagaimanakah cara agar para siswa lebih siap dalam menghadapi asesmen AKM terutama dalam kemampuan yang terkait belajar matematika atau numerasi? Kita dapat mempersiapkan aspek numerasi siswa dengan persiapan secara umum untuk menghadapi ujian atau asesmen yang bersifat analitik dan studi kasus yakni sebagai berikut:

  • Membiasakan membaca.

Soal atau masalah yang harus dipecahkan dalam AKM menuntut siswa untuk terbiasa membaca, meskipun yang sedang kita bahas adalah persiapan aspek numerasi. Siswa perlu dibiasakan membaca sehingga mereka dapat lebih teliti dan berhati-hati dalam memahami persoalan atau soal cerita dengan baik tanpa mengorbankan kecepatan berpikir, kemudian barulah solusi yang diberikan akan menjadi tepat.

  • Sering mengerjakan latihan soal.

Salah satu cara memecahkan permasalahan AKM yakni dengan banyak berlatih mengerjakan soal, siswa akan terbiasa untuk memahami soal dan lebih cepat dan sigap dalam menerapkan algoritma atau rumus-rumus dalam soal yang ada. Soal-soal sendiri bisa didapatkan dari bank soal atau platform online belajar matematika bernama platform Alef dari Alef Education. Platform online matematika ini hadir untuk membantu memfasilitasi pembelajaran berbasis AKM dengan metode Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan), dilengkapi video materi belajar matematika yang dikemas menarik dan tersedia soal-soal dalam bentuk kuis interaktif yang mudah digunakan baik untuk siswa maupun guru.

  • Mengeliminasi jawaban salah.

Siswa perlu dibiasakan untuk menerapkan logika eliminasi untuk menandai dan mengabaikan jawaban yang pasti salah sehingga pilihan jawaban yang tepat semakin dipersempit dan mendekati jawaban yang benar.

  • Memperhitungkan bobot nilai soal.

Kebiasaan yang tidak kalah penting adalah mengestimasi bobot soal sehingga diketahui berapa soal yang perlu difokuskan atau mendapat jawaban yang benar agar mencapai target minimum tertentu.

  • Membiasakan untuk menjawab semua pertanyaan, termasuk yang tidak kita ketahui secara sempurna penyelesaiannya.

Biasakan siswa untuk mendekati permasalahan atau soal dengan sarana atau langkah yang tersedia dan dapat diingat oleh para siswa sehingga masih terdapat peluang untuk memperoleh nilai atas soal tersebut dibandingkan tidak menjawab sama sekali.

Untuk kelancaran dalam proses belajar mengajar metode AKM ini, sebagai guru kita tidak cukup hanya memiliki ilmu pengetahuan pelajaran matematika itu sendiri namun harus diimbangi dengan keterampilan menyampaikan pelajaran tersebut dengan cara yang menarik, sederhana, dan interaktif. Maka dari itu penggunaan platform online seperti platform Alef dari Alef Education juga dapat dipertimbangkan keberadaannya untuk mendukung situasi belajar mengajar yang lebih kondusif baik secara online/daring, tatap muka, maupun pembelajaran campuran. Bagi Anda yang ingin sekolah/madrasah nya memiliki akses terhadap platform Alef bisa mendaftar melalui alef.co.id untuk mendapatkan kode akses atau bisa juga menghubungi Alef Success Coach wilayah Anda.

Bagikan artikel ini

BACA ARTIKEL LAINNYA

Teorema Pythagoras: Sejarah, Penemu, dan Penerapannya

Yuk Ikut Kompetisi Pelajar Alef Education (KOMPAC) 2024!

Siap Kembali Belajar Matematika dengan Platform Alef

Cari Inspirasi Mengajar Matematika Kelas 7, 8 dan 9 ? Platform Alef Solusinya!